|

Solusi Telemedicine: Membantu Rumah Sakit untuk Tetap Bersaing

Layanan TelemedicineLintasarta TelemedicineRumah SakitTelemedicine

Di tengah pandemi, penggunaan layanan Telemedicine (telemedis) semakin melejit. Telemedicine, terutama dalam bentuk telekonsultasi, digunakan oleh masyarakat untuk konsultasi tanpa tatap muka.

Selain membantu menghindari penyebaran penyakit selama pandemi, Telemedicine juga berguna untuk mengurangi beban fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Dengan bantuan Telemedicine, warga dapat melakukan perawatan mandiri di rumah dengan tetap dipantau oleh dokter yang kompeten.

Baca juga: Apa Saja Aspek Etika dan Hukum Teknologi Telemedicine?

Secara resmi, sebenarnya Telemedicine hanya diizinkan dan dioperasikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20/2019 yang mengatur Telemedicine juga hanya mengatur layanan penggunaan teknologi tersebut untuk dilakukan antara satu fasyankes dan fasyankes lainnya.

Namun, dengan adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan HK.02.01/MENKES/303/2020, Telemedicine juga diperbolehkan untuk dilakukan dokter dan pasien selama masa pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan berencana menetapkan regulasi lanjutan untuk e-Health, termasuk Telemedicine.

Layanan Telemedicine diperkirakan akan terus berkembang ke depannya. Laporan Bain Company menunjukkan aplikasi kesehatan menunjukkan pertumbuhan pesat pada 2020 lalu, selain aplikasi pendidikan. Salah satu fitur aplikasi kesehatan ini, antara lain adalah Telemedicine, selain fitur tambahan seperti apotek elektronik (e-Pharmacy). Penggunaan aplikasi kesehatan ini meningkat empat kali lipat dibandingkan sebelumnya. Meskipun ada layanan Telemedicine berbasis aplikasi, hasil kerja sama dengan fasyankes yang sudah ada (klinik dan rumah sakit), ada pula yang sepenuhnya merupakan produk startup.

Laporan Bain juga menunjukkan, peningkatan penggunaan aplikasi kesehatan ini merupakan tren permanen di negara-negara yang sudah melewati proses lockdown. Artinya, penggunaan aplikasi kesehatan di pasca-pandemi pun diperkirakan akan tetap menjadi andalan pasien yang membutuhkan layanan medis. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, McKinsey melihat prospek pergeseran besar-besaran ke arah telehealth (yang mencakup Telemedicine).

Telemedicine terintegrasi dengan layanan luring

Fasyankes tradisional (rumah sakit dan klinik) sudah seharusnya merangkul tren ini dengan menyediakan layanan Telemedicine sendiri. Bain melihat integrasi layanan Telemedicine dengan fasyankes offline akan memberikan lebih banyak keuntungan, seperti pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi. Dibandingkan layanan Telemedicine berbasis aplikasi yang sepenuhnya daring, layanan Telemedicine dari fasyankes juga didukung oleh fasilitas luring.

Baca juga: Kapan Rumah Sakit Perlu Solusi Telemedicine Terpadu?

Sebagai contoh, pasien dapat memanfaatkan telekonsultasi untuk kontrol rutin, tanpa harus bertatap muka, melalui kanal telepon video atau teks. Ini menguntungkan pasien karena janji dapat dilakukan setiap saat, tanpa harus antri atau datang secara fisik. Banyak pasien tidak perlu menunda konsultasi medis hanya karena tidak punya waktu, dan karena itu penyakit dapat didiagnosis dan ditangani dengan lebih cepat.

Di sisi lain, tidak semua pelayanan medis dapat dilakukan dari jarak jauh menggunakan Telemedicine. Meskipun dengan teknologi seperti Tele-Radiologi, Tele-EKG, dan Tele-USG banyak aspek pemeriksaan medis dapat dilakukan dari rumah, kiranya masih banyak tindakan medis yang menuntut kehadiran pasien secara fisik.

Sebuah studi menunjukkan, integrasi layanan daring dan luring ini memberikan dampak untuk reputasi penyedia layanan kesehatan. Secara umum, permintaan pelayanan daring meningkat, dan menurunkan tuntutan untuk layanan luring. Berbeda dengan fasyankes perawatan penyakit kronis, karena pada saat permintaan layanan daring meningkat, tuntutan untuk layanan luring tidak berubah.

Baca juga: Beberapa Langkah untuk Memastikan Adopsi Telemedicine

Oleh karena itu, untuk dapat membangun layanan Telemedicine dengan cepat, fasyankes dapat memanfaatkan jasa dari penyedia solusi seperti Lintasarta. Lintasarta Telemedicine mencakup layanan telekonsultasi yang memungkinkan pasien melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter dan ke depannya dapat melayani tele-USG, tele-EKG hingga teleradiologi. Lintasarta Telemedicine juga dapat diintegrasikan dengan berbagai jenis layanan pembayaran melalui bank, e-wallet dan asuransi.

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana Lintasarta dapat membantu menawarkan layanan Telemedicine yang melengkapi layanan medis yang sudah ada, silakan hubungi kami.

Solusi Telemedicine: Membantu Rumah Sakit untuk Tetap Bersaing

Di tengah pandemi, penggunaan layanan Telemedicine (telemedis) semakin melejit. Telemedicine, terutama dalam bentuk telekonsultasi, digunakan oleh masyarakat untuk konsultasi tanpa tatap muka.

Selain membantu menghindari penyebaran penyakit selama pandemi, Telemedicine juga berguna untuk mengurangi beban fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Dengan bantuan Telemedicine, warga dapat melakukan perawatan mandiri di rumah dengan tetap dipantau oleh dokter yang kompeten.

Secara resmi, sebenarnya Telemedicine hanya diizinkan dan dioperasikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20/2019 yang mengatur Telemedicine juga hanya mengatur layanan penggunaan teknologi tersebut untuk dilakukan antara satu fasyankes dan fasyankes lainnya.

Namun, dengan adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan HK.02.01/MENKES/303/2020, Telemedicine juga diperbolehkan untuk dilakukan dokter dan pasien selama masa pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan berencana menetapkan regulasi lanjutan untuk e-Health, termasuk Telemedicine.

Layanan Telemedicine diperkirakan akan terus berkembang ke depannya. Laporan Bain Company menunjukkan aplikasi kesehatan menunjukkan pertumbuhan pesat pada 2020 lalu, selain aplikasi pendidikan. Salah satu fitur aplikasi kesehatan ini, antara lain adalah Telemedicine, selain fitur tambahan seperti apotek elektronik (e-Pharmacy). Penggunaan aplikasi kesehatan ini meningkat empat kali lipat dibandingkan sebelumnya. Meskipun ada layanan Telemedicine berbasis aplikasi, hasil kerja sama dengan fasyankes yang sudah ada (klinik dan rumah sakit), ada pula yang sepenuhnya merupakan produk startup.

Laporan Bain juga menunjukkan, peningkatan penggunaan aplikasi kesehatan ini merupakan tren permanen di negara-negara yang sudah melewati proses lockdown. Artinya, penggunaan aplikasi kesehatan di pasca-pandemi pun diperkirakan akan tetap menjadi andalan pasien yang membutuhkan layanan medis. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, McKinsey melihat prospek pergeseran besar-besaran ke arah telehealth (yang mencakup Telemedicine).

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!